Senja di sini mengingatkanku pada merah pipi di kala kita malu-malu yang manis, itu kita semasa dulu, pada mula dan saling kenal. Namun pelan langin berjalan, tampak sembab surya temaram, mungkin haru melihat kita. Di bawahnya jarak terbentang, butuh waktu untuk menggengam.
Kini aku semacam ingin menikmati kepulangan surya, tapi apa akan sesesak kepergianmu? Biar malam yang bercerita.
Kaulah Kehirmatan Di Kesepianku.
Aku senang bila dengan berat hati engkau memalingkan wajahmu daripadaku. Tetapi aku bingung bila dengan susah payah kau hendak menepis aku dari benakmu. Demikian aku merasa heran saat aku melintas di kepalamu, namun kau tidak melempar bunga dari mulutmu, meski terpancar rindu dari matamu.
Itulah aku yang tiba-tiba jadi terlihat lucu bila berlagak acuh dan berusaha mengalihkan pembicaraan ketika semua terasa empuk untuk aku mengenang terus. Mungkin aku hanya terlalu malas untuk tekun mencari sesuatu yang baru, karena akau terlalu riang menari-nari dalam senyapku.
Kekasih, aku ingin menatap matamu lagi. Seperti di pagi tadi, embun yang jatuh ke dedaunan. Karena sesaat setelah engkau melepaskanki, airmata jatuh di alam nyata. Betapa teganya engkau yang memilih lari dan terbiri-birit, demi berliku-liku melupakanku. Disini aku banyak memikirkanmu, semenjak banyak hari tanpa hadirmu. Begitulah.
Kaulah kehormatan di kesepianku.
Zarry Hendrik
Wednesday, March 25, 2015
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments :
Post a Comment