Karena aku sudah terlanjur mencintaimu, seperti rahim yang tak mungkin menelan lagi anaknya kembali. Sekalipun laba-laba telah membangun sarangnya dalam hatimu, sesungguhnya aku tidak ingin keluar atau biarlah didalamnya aku disekap. Dengan nafas yang terengah-engah, teriring isak yang tersandung-sandung di tenggorokan, inilah aku yang betapa ingin membangkitkanmu yang tergeletak. Mungkin ini garis terberat aku mencintaimu. Ada baiknya aku memohon ampun, mengakui kelemahan, dan tak lupa berterimakasih.
Sayang, aku tidak hanya ingin sekedar ada, tetapi siap dan lagi bisa. Bila lengah mataku atau lelah pundakku memikul, ketahuilah langkahku tetaplah engkau.
Aku ingin terlempar keras dan membentur bola matamu, lalu terus menggelinding di atas tiap esokmu. Bagiku, wajah yang dipukul telak masih lebih ringan daripada tidak dipeluk dirimu di saat-saat seperti ini. Karena tidak dicintaimu adalah sesuatu yang baru, yang membuatku merasa asing di antara segala hati yang membuka pintunya.
Kini aku merasa bahwa hatimu telah menelanku hidup-hidup. Apakah aku melantur? Tidak. Aku hanya takut menjadi bangkai di dalam hatimu. Itu saja.
Bekasi, 24 Maret 2015.
Tuesday, March 24, 2015
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments :
Post a Comment